LEBAK – Memprihatinkan. Kasus penyakit demam berdarah dengue (DBD) di Kabupaten Lebak meningkat. Selama 2 bulan (Januari-Februari 2022), 145 warga setempat terserang DBD. Empat di antaranya meninggal dunia. Peningkatan kasus itu disebabkan hujan yang melanda seluruh wilayah Lebak.
“Kami minta warga mewaspadai penyebaran DBD sehubungan curah hujan meningkat,” kata Triyatno Supiono, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Lebak kepada Banten Ekspres, Selasa (1/3).
Menurut dia, kasus DBD itu tersebar di 16 kecamatan sebagai daerah endemik. Yakni, Rangkasbitung 62 kasus (empat di antaranya meninggal), Cibadak 28 kasus, Kalanganyar 13 kasus, Cibeber tujuh kasus, Cimarga lima kasus, Warunggunung lima kasus, dan Sajira lima kasus.
Kemudian, Maja lima kasus, Curugbitung empat kasus, Cileles tiga kasus, Cipanas dua kasus, Sobang dua kasus, Cikulur satu kasus, Bojongmanik satu kasus, Bayah satu kasus, dan Leuwidamar satu kasus.
“Pasien ditangani tenaga medis baik di puskesmas maupun sejumlah rumah sakit. Kami minta masyarakat jika mengalami suhu demam lebih dari tiga hari, sebaiknya berobat dan dapat ditangani tenaga medis,” ungkapnya.
Menurut Supiono, penyebaran DBD di Kabupaten Lebak sejak dua bulan terakhir melonjak sehubungan tibanya musim hujan. Sehingga berpotensi mempercepat perkembangbiakan nyamuk Aedis Aegepty sebagai penyebar virus DBD.
Karena itu, pihaknya tidak henti-hentinya melakukan sosialisasi dan mengedukasi pencegahan penyakit yang mematikan itu, agar tidak menimbulkan kasus kejadian luar biasa (KLB).
“Penyebaran DBD itu akibat lingkungan yang tidak bersih sehingga berkembangbiak nyamuk pembawa virus DBD,” ujarnya.
Dikatakan, masyarakat harus berperan aktif untuk mengoptimalkan budaya gotong royong dengan membersihkan lingkungan dan gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dan melakukan 3M (mengubur, menguras, dan menutup).
Selain itu juga, kata Supiono, pemberian abatesasi untuk membunuh jentik-jentik nyamuk DBD dilakukan. Sedangkan, tindakan pengasapan (fogging) dinilai belum efektif untuk memutus mata rantai penyebaran DBD.
“Saya yakin melalui PSN dan 3M dapat mematikan jentik-jentik nyamuk, sehingga terbebas dari penyebaran penyakit yang bisa mematikan itu,” terangnya.
Penyebab munculnya penyakit DBD, kata Supiono, banyak sampah, sehingga air hujan tidak menyentuh tanah dan berkembang biak nyamuk Aedes Aegepty pada kaleng bekas, ban maupun barang bekas.
“Kami minta warga waspada penyebaran DBD, karena khawatir tahun ini menjadi siklus lima tahunan,” tuturnya.
Sementara itu, Supardi (46), warga Rangkasbitung Timur, Kabupaten Lebak mengaku anaknya yang berusia balita terpaksa dirawat inap di rumah sakit karena suhunya cukup tinggi akibat terserang DBD.
“Kami merasa lega kondisi anak kini cukup membaik setelah mendapatkan perawatan medis rumah sakit,” ucapnya.(mg-5/tnt)