BANTENEKSPRES.CO.ID – Penurunan angka stunting di Indonesia, termasuk Banten, masih menjadi pekerjaan yang harus ditindaklanjuti.
Sebab stunting merupakan gagal tumbuh pada bayi lima tahun (balita) yang tentunya sangat mengkhawatirkan.
Hal itu diungkapkan Deputi Bidang Pelatihan, Penelitian, dan Pengembangan, Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Rizal M. Damanik dalam puncak perayaan Hari Anak Nasional ke-39 dan Hari Keluarga Nasional ke-30 di Pendopo Gubernur Banten, KP3B, Curug, Kota Serang, Rabu (2/8/2023).
Pada kesempatan itu juga dilakukan penandatanganan kesepakatan bersama tentang pelayanan perlindungan perempuan dan anak serta pelayanan administrasi kependudukan terintegrasi tingkat Provinsi Banten.
Damanik mengatakan, stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada bayi sebagai akibat dari kekurangan gizi kronis, sehingga anak terlalu pendek.
Stunting memberi dampak pada tingkat kecerdasan, kerentanan terhadap penyakit, hingga menurunkan produktivitas yang kemudian dapat menghambat pertumbuhan ekonomi suatu daerah.
“Bahkan dapat meningkatkan angka kemiskinan dan ketimpangan dalam masyarakat,” katanya.
Ia mengatakan, penurunan stunting harus didasari dengan kesadaran masyarakat.
Karenanya, hal ini menjadi tantangan besar yang harus dilakukan bersama, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.
“Kita masih punya banyak tantangan bagaimana menumbuhkan kesadaran masyarakat tentang stunting, bagian bahaya stunting, dan penyebab stunting,” katanya.
Ia menjelaskan, baru-baru ini dalam penelitian melalui Health Belief Model dilaporkan bahwa 98 persen masyarakat yang memahami kata stunting dan meyakini stunting berbahaya bagi kesehatan anak.
Namun 50 persen masyarakat tidak percaya atau tidak setuju bahwa stunting menghambat kognitif anak.
Selanjutnya, 39 persen masyarakat tidak setuju bahwa risiko dan penyebab stunting akibat faktor kurang gizi dari makanan.
“Sementara 47 persen risiko stunting bukan ketidakmampuan membeli makanan bergizi, 58 persen masyarakat tidak meyakini bahwa anak risiko stunting berhubungan dengan pola asuh,” ujarnya.
“Dan 35 persen percaya bahwa stunting itu bukan kondisi medis yang serius ini hasil data terakhir yg susah dilakukan,” tambahnya.
Maka dari itu, perlu upaya secara terus-menerus dalam mengampanyekan informasi terkait stunting pada keluarga Indonesia dan komunitas-komunitas yang ada.
“Sehingga tumbuh kesadaran pentingnya mencegah stunting sejak dini, dan mempersiapkan anak agar tumbuh optimal menjadi generasi maju berkualitas,” katanya.
Dikatakan Damanik, Hari Keluarga dengan tema “Menuju Keluarga Bebas Stunting untuk Indonesia Maju” merupakan momen yang tepat untuk solidaritas sosial serta komitmen bersama seluruh lapisan masyarakat dalam upaya penguatan keluarga percepatan penurunan stunting.
“Hari keluarga kita maknai secara sederhana upaya merekatkan kembali, semakin menjadi guyub dan akrab satu sama lainnya. Menumbuhkan pentingnya kelurga sebagai institusi terkecil sumber kekuatan pembangunan bangsa dan negara,” jelasnya.
Sementara itu, Pj Gubernur Banten Al Muktabar berharap dengan diselenggarakannya Puncak Perayaan Hari Anak Nasional Ke-39 dan Hari Keluarga Nasional Ke-30 Tingkat Provinsi Banten dapat menumbuhkan kesadaran bersama pentingkan peran keluarga terhadap tumbuh kembang anak.
“Kita berharap dengan hari anak ini dapat menumbuhkan kesadaran bersama. Seperti saya sampaikan tadi itu yang mendasar bakti anak kepada orang tua dan bakti orang tua kepada anak,” katanya.
Sehingga dengan hal tersebut, kata Al Muktabar, diharapkan tumbuh kembang anak dapat berjalan dengan baik dan dapat menjadi generasi yang dibanggakan baik daerah maupun nasional.
“Maka, peran semua pihak penting dalam hal tersebut. Kita juga menggunakan konsep pentahelix dalam menggerakkan dari berbagai agenda,” paparnya. (*)
Reporter: Syrojul Umam
Editor: Sutanto Ibnu Omo