Sudah 10 Tahun, 47 Hektare Sawah di Desa Panosogan, Kabupaten Serang Tidak Teraliri Air

Warga menunjukkan irigasi air yang sudah mulai mengering serta lahan persawahan yang sudah tidak ada airnya di Desa Panosogan, Kecamatan Cikeusal, Kabupaten Serang, Selasa (22/8/2023). Foto Agung Gumelar/Banten Ekspres

SERANG, BANTENEKSPRES.CO.ID – Lahan persawahan seluas 47 hektare dari 158 hektare yang ada di Desa Panosogan, Kecamatan Cikeusal, Kabupaten Serang sudah puluhan tahun tidak teraliri air dari saluran irigasi pada bendungan induk Pamarayan bagian barat. Sehingga, para petani terpaksa harus menggunakan pompa air dari Sungai Ciasem yang biayanya cukup besar.

Lalan Sarmento, salah satu petani mengatakan, karena biaya pompa air yang cukup besar untuk membuat lahan persawahan teraliri air, banyak tidak mampu membiayainya yang berakibat lahan persawahan tidak memiliki cukup air untuk menumbuhkan padi yang ditanam.

Bacaan Lainnya

“Sudah 10 tahun tidak teraliri air secara maksimal, sementara biaya operasional penggunaan pompa air luar biasa mahal. Kami berharap pemerintah segera membantu para petani, dengan cara mengaliri air dari Bendungan Pamarayan ke sini, supaya kami tenang menanam padinya,” katanya, Selasa (22/8/2023).

Lalan mengatakan, komunikasi dengan pihak Balai Besar Wilayah Sungai Ciujung, Cidanau dan Cidurian (BBWSC3) telah dilakukan. Bahkan, audiensi dengan Ombudsman RI pernah dilakukannya sembari rembuk tani, namun sampai dengan saat ini belum ada kejelasan apapun.

“Tujuan kami melakukan itu, supaya semua pihak saling mengetahui dan memahami permasalahan serta ada solusi terbaik. Semoga aja secepatnya ada tindakan dari pemerintah, harapannya saluran tersier yang sudah rapi bisa teraliri air secara maksimal, sehingga tidak ada lagi lahan pertanian yang dulu lahan teknis menjadi lahan pertanian tadah hujan,” ujarnya.

Dikatakan Lalan, Kecamatan Kramatwatu yang jauh dari hulu Bendungan Pamarayan tidak ada kekurangan air untuk mengairi pesawahannya. Sementara di desanya, yang berdampingan dengan Bendungan Pamarayan mengalami kesulitan air untuk mengairi sawah.

“Bagi kami ini sangat lucu ya, sebetulnya permasalahannya pada pintu air yang ke saluran tersiernya kurang naik, BBWSC3 saya rasa juga sudah tahu permasalahan ini. Jadi, peran mereka dan DPUPR Kabupaten Serang sangat penting terkait irigasi ini, kami sifatnya hanya pengguna saja,” ucapnya.

Menanggapi hal itu, Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Serang Suhardjo mengatakan, pihaknya sudah melakukan koordinasi dengan DPUPR Provinsi Banten dan BBWSC3, untuk bisa mengalirkan air dari Bendungan Pamarayan ke pesawahan yang terdampak kekeringan di sekitarnya. Khususnya, Kecamatan Cikande, Bandung, Kopo, Cikeusal, yang sumber airnya sudah tidak ada.

“Kita sudah melakukan koordinasi dengan mereka, semoga cepat ditindaklanjuti, untuk bisa mengalirkan air dari Bendungan Pamarayan ke pesawahan sekitar yang terdampak kekeringan. Tentu kami tidak hanya diam saja, kami berupaya mengatasi permasalahan tersebut, salah satunya memanfaatkan sumber air dari Bendungan Pamarayan,” katanya.

Reporter: Agung Gumelar

Editor: Sutanto Ibnu Omo

Pos terkait