Tiga Metode Pantau Populasi Badak Jawa

Tiga
DATA POPULASI BADAK: Petugas BTNUK Pandeglang saat melihat data populasi badak di layar monitor. (A FADILAH/BANTEN EKSPRES)

PANDEGLANG — Balai Taman Nasional Ujung Kulon (BTNUK) menggunakan tiga metode dalam menghitung populasi Badak Jawa di Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK).

Tiga metode yang digunakan untuk menghitung populasi Badak Jawa itu diantaranya metode album, metode CMR dan metode SECR.

Bacaan Lainnya

Kepala Balai Taman Nasional Ujung Kulon Ardi Andono menjelaskan, metode album merupakan data yang diperoleh dari hasil identifikasi individu. Data individu tersebut mencakup waktu dan lokasi individu itu saat tertangkap kamera, sedangkan data seri meliputi data setiap periode waktu individu terdeteksi kamera dan periode tersebut bisa setiap bulan, triwulan, semester atau setiap tahun.

“Data individu tersebut akan terus tercatat di dalam album selama individu tersebut belum ditemukan mati sehingga catatan individu akan terus melekat di dalam album meskipun selama bertahun tahun tidak terdeteksi,” kata Ardi kepada awak media, Sabtu (13/1).

Dikatakan Ardi, selain menggunakan metode album, pihaknya juga menggunakan metode Capture Mark Recapture (CMR), metode ini merupakan konsep dasar dari sebuah ide dengan menangkap sejumlah kecil individu, memberi tanda yang tidak berbahaya dan melukai pada objek atau individu, kemudian melepaskan mereka kembali ke populasi.

“Jika di kemudian hari kita menangkap kembali pada kelompok kecil lainnya, dan mencatat berapa banyak yang memiliki tanda. Teknik Mark-Recapture digunakan untuk memperkirakan ukuran suatu populasi secara keseluruhan sehingga tidak praktis untuk menghitung setiap individu,” ungkapnya.

Selanjutnya, yakni metode Spatially Explicit Capture Recapture (SECR), adalah seperangkat metode untuk memodelkan data CMR individu yang dikumpulkan dengan rangkaian alat deteksi. Detektor tersebut dapat berupa perangkap hidup (live-capture), Individu yang ditandai secara unik, pembeda individu dengan DNA, atau kamera yang mengambil foto dari mana individu dikenali dengan tanda khusus seperti cacat.

“Penempatan alat deteksi dapat berbentuk suatu areal (poligon) atau transek untuk mencari tanda satwa yang dicari. Data utama untuk SECR meliputi koordinat lokasi alat deteksi (detector), dan koordinat deteksi individu satu atau lebih kesempatan pengambilan sampel (riwayat deteksi),” tandasnya. (fad/and)

Pos terkait