Menurutnya, penambahan TBM dilakukan agar akses buku yang semakin merata, apalagi ada beberapa TBM yang terkena banjir. “Yang kena banjir sedang diinventarisir apa saja yang rusak dan akan kita bantu,” jelasnya.
Wanita berkerudung ini menjelaskan, selama ini TBM itu identik dengan swadaya masyarakat, dibuat dan dimiliki oleh masyarakat. Namun, meskipun punya masyarakat tapi, bantuan dari Pemkot Tangse juga ada. Hal tersebut tentu menjadi semangat bagi pengurus dalam menjalannya TBM tersebut.
Selain itu, sarana TBM juga berasal dari masyarakat dan pihaknya hanya membantu prasarana seperti meja, kursi, lemari, rak, buku dan pembinaan.
“Bagaimana mengelola TBM, bagaimana menghimpun segala kelebihan kekuatan masyarakat untuk membuat TBM berjalan dan bagus itu tugas kita,” ungkapnya.
Menurutnua, keberadaan TBM adalah ujung tombak dalam menumbuhkan minat baca anak dan menciptakan budaya literasi masyarakat Indonesia diakuinya sangat tepat. Sebab, TBM benar-benar berada di tengah-tengah warga.