“Tapi kalau insiden rate-nya karena dibagi dengan juga penduduk paling tinggi Lebak, kedua Kota Cilegon,” ujarnya.
Ati menjelaskan, perubahan iklim mengakibatkan jentik nyamuk Aedes Aegypti terus berkembang, beruntung di 2023 mengalami iklim musim kemarau yang cukup panjang. “DBD berkembang itu saat hujan kering-hujan kering, jentik berkembang biak,” terangnya.
Sementara, DBD yang menyebabkan kematian itu karena adanya keterlambatan penanganan korban yang mengalami dongue shock syndrome (DSS). Karena ketidak pahaman banyak masyarakat yang menganggap korban hanya mengalami demam biasa.
“Salah satu yang paling membahayakan terjadinya DSS ketika itu terjadi langsung tidak sadarkan diri. Itu terlambat karena dianggap dia sakit demam biasa, karena gejalanya hampir sama dengan virus lainnya,” ungkapnya.
Maka dari itu, pihaknya terus mengerahkan juru pemantau jentik (jumantik) hingga level desa. Di mana salah satunya metodenya adalah satu rumah satu Jumantik.