Kehilangan Pasar di Daerah Sendiri, Topi Bambu Pramuka Lebih Diminati di Luar Daerah

Topi Bambu Pramuka
Seorang pengrajin topi bambu Pramuka di Kampung Pondok, RT 05 RW 03, Desa Sindang Panon, Kecamatan Sindang Jaya, Kabupaten Tangerang. (Credit: Zakky Adnan/Banten Ekspres)

Ironisnya, kabar burung tersebut juga menginformasikan bahwa sudah tidak ada pengrajin yang memproduksi topi bambu di Kabupaten Tangerang. Kendati itu masih kabar burung, lanjut Jalaludin Sayuti, faktanya para pelanggannya dahulu tidak ada yang datang membeli lagi.

“Ironisnya, logo Kabupaten Tangerang kan ada gambar topi anyaman bambu. Tapi kenapa produk kami engga dipakai di sini (Kabupaten Tangerang)?,” keluh Jalaludin Sayuti lagi.

Bacaan Lainnya

BACA JUGA: SDN Buaran Bambu II Terapkan Metode GSM, Sangat Simpel dan Mudah Dipraktikan Oleh Guru

Beruntungnya, kata Jalaludin, ia masih menerima orderan dari daerah Sumatera dan Kalimantan hingga sekarang.

“Padahal, harga eceran topi Boni lebih mahal dibandingkan topi bambu . Topi Boni dibandrol antara Rp30 ribu sampai Rp35 ribu. Sedangkan, topi bambu Pramuka hanya Rp15 ribu,” ujarnya.

Pos terkait