Istianah mengatakan, untuk kasus DBD yang meninggal dunia itu terjadi pada Februari satu kasus dan Maret empat kasus yang dialami oleh balita dan anak-anak.
Pasalnya, daya tahan tubuh anak yang masih rentan sehingga mudah terserang penyakit. Terlebih virus dengue yang membuat daya tahan tubuh anak langsung turun.
Oleh karena itu, dengan banyaknya kasus DBD maka Kabupaten Serang sudah masuk dalam kondisi Kejadian Luar Biasa (KLB). Pencegahannya tidak hanya dilakukan secara biasa-biasa, melainkan harus maksimal.
“Penanganannya bukan lagi sekedar melakukan fogging, tapi lebih ke melakukan penyuluhan kepada masyarakat bahwa DBD ini harus diberantas secara bersama-sama. Kita punya gerakan satu rumah satu jumantik. Ini sempat kurang aktif tapi sekarang diaktifkan kembali, supaya setiap keluarga bertanggungjawab memberantas nyamuk DBD,” ujarnya.
Dikatakan Istianah, tingginya kasus DBD tahun ini disebabkan perubahan iklim dari hujan ke panas, yang bahkan kedua iklim itu datang bersamaan.