Kemudian, dari 165 Hektare sawah untuk Kecamatan Kopo ada satu desa yang luasnya 15 Hektare, dan di Kecamatan Pamarayan ada satu desa, luasnya kurang lebih 25 Hektare.
“Kecamatan Tunjung Teja paling banyak, karena banjir di sana diakibatkan oleh tidak adanya saluran pembuangan, yang tersedia di kawasan tersebut karena dampak dari pembangunan jalan tol Serang-Panimbang. Sehingga, apabila hujan deras panjang maka gampang terendam banjir,” ujarnya.
Dikatakan Yuli, tanaman padi yang terendam banjir di tiga kecamatan tersebut rata-rata berusia sekitar 45 hingga 100 hari setelah tanam, dan untuk padi yang berusia 45 hari setelah tanam ini berpotensi besar mengalami puso.
Apabila mengalami puso, pihaknya akan langsung berkoordinasi dengan Distan Provinsi Banten, agar para petani bisa mendapatkan bibit pengganti.
“Kalau dia terlalu lama terendam, pasti hasil padinya buruk, bisa panen tapi hasil produktivitasnya menurun dan kualitasnya juga menurun.