Meski mendapatkan stok yang cukup besar, namun di lapangan serapannya masih cukup rendah. Dimana sejak Januari-Juni 2024 baru mencapai sekitar 44 persen dari total petani yang terdaftar sebanyak 316.565. “Bila dihitung baru sekitar 137.732 petani yang mendapatkan pupuk, sedangkan yang belum mencapai 178.833,” ujarnya. Setelah dilakukan evaluasi, kata Agus, ternyata salah satunya dikarenakan penyaluran pupuk bersubsidi yang tersendat di distributor. Pupuknya tidak cepat tersedia di kios-kios penyalur.
“Sekarang kita bisa lebih mudah melakukan evaluasi, baik petani penerima, kios maupun distributor yang bisa dilakukan setiap empat bulan sekali. Kalau sebelumnya itu harus menunggu satu tahun,” terangnya.
Maka dari itu, disperindag akan melakukan evaluasi terhadap sejumlah distributor pupuk bersubsidi. Sehingga penyalurannya lebih cepat, dan tidak mengganggu siklus percepatan masa tanam. “Kita targetkan bulan depan serapan pupuk ini akan bisa lebih maksimal,” tuturnya.