“Kemudian di tahun 2000 saya jadi Lurah. Saat itu ibu bapak saya masih ada. Orangtua saya perhatiannya luar biasa. Sebelum saya jadi PNS, saya bekerja di sebuah perusahaan, terus ada panggilan ke RS Sitanala. Saya gak pernah kebayang bakal dipanggil. Satu kali, dua kali panggilan gak saya hiraukan. Begitu panggilan ketiga kali, saya diskusi dengan orang tua,” ujarnya.
Mengisahkan masa lalunya, terkadang membuat emosi Sachrudin campur aduk. Matanya berkaca-kaca. Setelah berdiskusi dengan orangtuanya, Sachrudin akhirnya datang memenuhi panggilan dari RS Sitanala di Neglasari, Kota Tangerang. Waktu itu, yang membuatnya berat hati untuk bekerja sebagai PNS di RS Sitanala, karena gajinya sangat kecil. Namun, Sachrudin memilih patuh dan tunduk kepada orangtua.
Ia pun menerima tawaran menjadi PNS dan bekerja di RS Sitanala, rumah sakit milik Kementerian Kesehatan yang dahulu kala dikhususkan bagi penderita kusta.