Menurutnya, pihaknya lebih memilih sewa dibanding membeli sendiri lantaran berbagai pertimbangan. Bila sewa maka pengawasannya lebih enak dan pemeliharaan tidak ada.
“Terus kita pakai pola sewa per kilometer. Jadi berapa kilometer yang dipakai itu yang kita bayar. Per kilometer sewanya tidak mahal dan sudah kita hitung semua,” jelasnya.
Ayep mengaku, bus yang disewa kontraknya per tahun namun, kontrak payungnya selama 3 tahun. Hal tersebut juga berdasarkan saran dari LKPP lantaran kendaraan tersebut adalah kendaraan khusus dan bukan passenger biasa.
“Kalau sewa maka kerusakan, perawatan, BBM, operasionalnya, supirnya semua dari pihak ketiga. Jadi, kalau habis tugas mereka kembali ke pool mereka,” tuturnya.
Menurutnya, bila harus beli maka untuk 1 unit bus tersebut hargnya lebih dari Rp1 miliar. Bekum lagi biaya pemeliharaan, BBM, pengemudi. “Kan kita dibatasi oleh standar satuan harga (SSH). Sewa untuk 4 bus dan 1 elf ini dianggarkan sekitar Rp3 miliar dan dimulai akhir tahun ini,” ungkapnya.