“Kunci utamanya adalah dengan tidak sembarang klik, dan cermat dapat membedakan jebakan keamanan yang sering disuguhkan iklan dan kiriman tipuan lainnya dari orang yang tidak dikenal. Hal ini seperti pagar dari pohon untuk melindungi dari para binatang pengganggu,” sambungnya.
Ketiga, Budaya Digital. Hal ini menuntut Warga Negara Indonesia untuk tidak lupa akan pentingnya Bhinneka Tunggal Ika di dunia digital. Jangan ada perdebatan SARA di media sosial. Selain itu, kita harus mampu membangun budaya digital yang baik, salah satunya menghindari efek kecanduan gawai. Hal ini seperti sebuah akar dari pohon yang harus kokoh agar mampu berdiri tegak.
“Yang terakhir, Etika Digital. Selaksa batang sebuah pohon, maka ini menjadi hal yang utama. Etika dan kejujuran adalah mata uang yang berlaku dimana saja, termasuk di dunia digital. Jangan karena merasa bisa berlaku anonim kemudian mengabaikan etika, padahal komunikasi yang berlangsung adalah antarmanusia yang harus menjunjung tinggi sopan santun dan etika komunikasi,” tutup Taufiq.