“Sebetulnya hal yang sudah sering kami bahas dan disampaikan, namun kadang masih ada ego dalam diri kami masing-masing yang menahan kami untuk saling memperbaiki diri. Kami sepakat bahwa pernikahan adalah adaptasi tanpa henti. Saya tetiba ikut nangis saat istri saya menangis, saya bilang ‘Kok nangis? Kan Aa yang banyak salah’, akhirnya tangis kami pecah bersama,” cerita pria asal Kecamatan Rajeg ini.
Lia menambahkan, komunikasi dari hati seperti ini yang perlu dibangun bersama secara berkala. Ia berharap para peserta dapat mengambil hikmah dari acara ini dan dapat meningkatkan keharmonisan rumah tangga masing-masing. Ia pun tak lupa mengucapkan terima kasih kepada para panitia dan narasumber.
Sementar, Ketua Panitia Seminar Kesehatan Mental Keluarga Linda mengungkapkan rasa syukur atas keberhasilan penyelenggaraan kegiatan ini.
“Alhamdulillah, acara seminar kesehatan mental keluarga yang kami selenggarakan bersama Universitas Pramita Indonesia telah berjalan dengan lancar,” ungkapnya.