“Iya terus endapan lumpur, ini kejadiannya tiap tahun,” sambung Diat.
Diat menjelaskan, pada awalnya desain saluran irigasi atau drainase itu sudah sedemikian rupa bisa menampung debit muka air banjir. Namun, adanya penyempitan akibat sampah dan bangunan liar, endapan lumpur, kian hari saluran mengalami penyempitan.
“Saya melihatnya gini loh prinsipnya air itu nuntut hak-nya. Dulu desainnya mungkin satu kubik per detik, sekarang dengan adanya penyempitan tadi menjadi setengah kubik di dalam penampang (permukaan air). Nah setengah kubiknya lagi kan di luar penampang, dalam arti membanjiri sekitarnya,” ujarnya.
Diat meminta, masyarakat harus bisa menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), dan tidak membuang sampah sembarangan. Supaya, banjir yang selalu terjadi tidak terulang kembali.
“Terus ya sedikitnya adalah budaya lokal kita yang udah hilang nih gotong royong misalkan,” ungkapnya.