Sobri mengatakan, imbas dari kondisi ini membuat pendapatan nelayan menurun, yang harusnya bisa dapat ikan hingga satu ton, kini hanya dua kwintal saja. Hasil dari tangkapan ikan itu, diakuinya tidak bisa menutupi modal yang dikeluarkan nelayan, karena harga ikan yang ditangkap hanya Rp2 ribu perkilogram.
“Ikan Cekong biasanya yang nelayan dapatkan, perkilogramnya hanya Rp2 ribu, kalau cuman dapat dua kwintal tidak akan menutupi modal yang dikeluarkan,” ujarnya.
Dikatakan Sobri, dari pengalaman sebelumnya masa sulit nelayan ini biasanya akan berlangsung dari November 2024 hingga Februari 2025. Sehingga, selama tidak melaut mayoritas nelayan di desanya, memilih untuk melakukan perbaikan alat tangkap dan perahu, bahkan ada yang mencari mata pencaharian lainnya seperti mengojek.
“Kalau tidak mau ya kami tidak ada pemasukan, palingan kami hanya perbaikan alat tangkap dan perahu kami, bahkan ada yang jadi ojek. Untuk memenuhi kebutuhan, bagi yang punya tabungan biasanya kepake tabungannya, yang tidak punya tabungan biasanya meminjam ke juragan kapal,” ucapnya.