“Kemudian juga bisa dari data rangkap dengan data yang ada di Elektronik Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok atau e-RDKK, juga dengan data perubahan penggarapan. Karena petani bandar kita 60 persen adalah penggarap. Tapi, terlepas daripada masalah itu, kami tetap ingin petani bandar semua masuk kepada e-RDKK,” jelasnya.
Dengan begitu, kata Agus pihaknya tidak yakin penyerapan pupuk bersubsidi bisa mencapai hingga 100 persen. Bahkan, dia mengaku bahwa paling tinggi penyerapan pupuk di Banten hanya mencapai 55 persen.
“Walaupun sampai dengan akhir tahun, urea Banten paling hebatnya bisa mencapai 55 persen dari angka 88.000 ton,” terangnya.
BACA JUGA: Perketat Pengawasan, Distan Prediksi 69 Ribu Hewan Kurban Masuk Banten
BACA JUGA: Petani Banten Belum Intensif Tanam Cabai
“Kalau target (penyerapan-red) tidak ada masalah. Yang jadi masalah, menebusnya. Kalau pupuk teralokasi luar biasa cukup,” sambungnya.