”Sistem ini sebenarnya sudah lama kita gunakan, pasca pandemi kita tetap pakai karena permudah guru dan siswa dalam kurikulum merdeka. Karena, sistem hybrid ini ada dalam kurikulum merdeka yang wajib kita jalankan,”ujarnya kepada Banten Ekspres, Rabu (18/12).
Iis menambahkan, Dinas Pendidikan Kabupaten Tangerang juga mewajibkan penggunaan sistem hybrid. Ini karena semua telah tersistematis dan tinggal dijalankan saja. Kekurangan dalam sistem hybrid adalah masalah signal saja. Banyak guru dan siswa yang mengeluhkan mengenai signal yang digunakan saat menjalaninya.
”Para guru sudah saya brifing, bahkan sistem hybrid juga sudah diminta oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Tangerang agar sekolah yang ada di wilayah Kabupaten Tangerang untuk menerapkan sistem hybrid. Jadi, sambil menunggu kurikulum merdeka lebih mayah kita jalankan sistem yang mudah kita jalani dan pernah kita gunakan. Jadi, tidak ada yang sulit jika kita mau menjalankan,”paparnya.
Ia menjelaskan, sistem hybrid dilakukan untuk bisa mengetahui sejauh mana siswa mencapai target nilai. Dari situ akan ketahuan nilai akhir siswa di UAS, apakah sesuai dengan target atau tidak. Selain itu, akan ketahuan sejauh mana siswa bisa aktif dalam belajar, karena banyak siswa yang juga masih kurang ke aktifannya.
”Kita pastikan siswa bisa mencapai nilai sesuai dengan target, kita juga akan berikan pelatihan dan tugas yang bisa kita evaluasi agar mereka bisa mempunyai nilai yang bisa di raih dari hasil hybrid,”tutupnya.(ran)