“Karena dibayarnya tidak sepenuhnya akhirnya kami kembali protes,” sambungnya. Nara sumber itu menceritakan, awal mula gaji para dosen dan tenaga pendidik lainnya tidak terbayarkan lantaran rektorat UMT melakukan ekspansi, yaitu membangun gedung setinggi 18 lantai yang dananya bersumber dari pinjaman bank.
Kemudian kampus tersebut juga melakukan pembelian lahan yang cukup luas di wilayah Sukabumi, Jawa Barat. Sehingga kampus tersebut memiliki utang di bank lebih dari belasan miliar.
“Pada saat rektor pak Amarulloh UMT melakukan ekspansi, membangun gedung dan membeli lahan, kredit di bank lumayan besar mencapai kisaran Rp17 miliar,” ungkapnya.
Selain itu, menurunnya pendapatan UMT lantaran tidak mencapai target pada penerimaan mahasiswa baru pada tahun akademik 2023/2024.
“Biasanya penerimaan mahasiswa baru mencapai 4 ribuan lebih, targetnya kisaran segitu, tapi pada 2023/2024 hanya 2 ribuan, tidak mencapai target,” katanya.