Pada tahun 90-an, Tangerang menjadi magnet bagi pekerja dari berbagai daerah karena banyaknya perusahaan padat karya, khususnya di sektor sepatu dan garmen.
Namun, situasi ini berubah drastis ketika pandemi melanda, menyebabkan penurunan pesanan dari pasar ekspor seperti Eropa dan Amerika Serikat. “Akibat penurunan pesanan, banyak perusahaan di Kabupaten Tangerang yang terpaksa melakukan efisiensi atau bahkan menutup operasionalnya,” kata Rudi.
Lebih lanjut, Rudi juga menyoroti bahwa meskipun Upah Minimum Kabupaten (UMK) Tangerang termasuk yang tertinggi di Indonesia, daya saing tenaga kerja Tangerang mulai tergeser oleh negara-negara lain seperti Vietnam yang memiliki biaya operasional lebih rendah.
Oleh karena itu, pihaknya terus berupaya mengembangkan program pelatihan yang tidak hanya berfokus pada industri, tetapi juga pada kewirausahaan dan keterampilan berbasis teknologi.
“Untuk mengantisipasi perubahan ini, kami telah menambah jumlah program pelatihan dari 12 program di tahun 2022 menjadi 27 program di tahun 2024. Pelatihan ini mencakup berbagai keterampilan, termasuk bahasa asing untuk bekerja ke luar negeri, serta keterampilan teknis seperti servis motor dan HP, serta pemasaran online,” ungkap Rudi.