BANTENEKSPRES.CO.ID–Penanganan sampah dilakukan penataan dari hilir hingga hulu. Di hilir Pemkot Tangerang terus menggerakkan kesadaran masyarakat untuk mengurangi sampah. Dengan memilah sampah organik dan nonorganik dengan mengoptimalkan Tempat Pengelolaan Sampah Reduce Reuse Recycle (TPS3R).
Di hulu, Dinas Lingkungan Hidup Tangerang melakukan penataan sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Rawa Kucing, Neglasari. Untuk mengurangi gunungan sampah, dilakukan pengolahan sampah menjadi Refuse Derived Fuel (RDF) dengan kapasitas produksi 30 ton RDF per hari.
Selanjutnya RDF dikirim ke PT Solusi Bangun Indonesia (SBI), Cibinong, sebagai bahan bakar pengolahan semen. Pj Wali Kota Tangerang Nurdin kerap turun ke tengah masyarakat melihat langsung TPS3R. Salah satunya bertemu dengan warga sekitar TPA di Kecamatan Neglasari.
Ia mengajak warga aktif dalam pengelolaan sampah. Mendorong upaya pengelolaan sampah berbasis masyarakat yang nantinya dapat berimbas pada peningkatan value dari sampah itu sendiri. “Sehingga dapat menjadi potensi dan sumber penghasilan bagi para pengumpul dan pengelolanya juga,” ujarnya.
Ia juga mengunjungi TPS3R Widatama Kelurahan Nusajaya Kecamatan Karawaci dan TPS3R Bina Mandiri Kelurahan Gebang Raya Kecamatan Periuk, untuk memastikan pengolahan sampah di wilayah sebagai upaya mengurangi sampah terangkut ke TPA. Ia meminta agar edukasi tentang pentingnya kolaborasi dalam upaya penanganan sampah dapat terus dimasifkan.
Dengan dengan adanya TPS3R dan bank-bank sampah tersebut semakin dapat menumbuhkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjalankan gaya hidup zero waste demi terwujudnya Kota Tangerang yang semakin bersih dan sehat.
Di TPA Rawan Kucing, sudah dioperasikan tiga mesin pengolah sampah menjadi RDF pada Desember 2024 lalu. Fasilitas RDF di TPA Rawa Kucing mengoperasikan dua lini produksi dengan kapasitas masing-masing 25 ton sampah per hari atau 50 ton municipal solid waste (MSW) per hari. Hasilnya, 50 ton sampah tersebut diolah menjadi 25 hingga 30 ton RDF per hari.
“Arahannya sudah jelas dari pusat, untuk TPA dengan sistem landfill dan open dumping nantinya tidak akan ada lagi. Karena itu kita harus mencarikan solusi untuk pengolahan sampah yang efektif dan komprehensif. Salah satunya adalah dengan mengoptimalkan mesin RDF ini yang nantinya akan kita optimalkan lagi dengan melakukan penambahan line mesin agar sampah yang diolah bisa lebih masif dan produk yang dihasilkan lebih besar lagi,” terang Nurdin.
Untuk mengoptimalkan kebersihan kota, Pemkot Tangerang menyerahkan kendaraan bentor (becak motor) ke 104 kelurahan. Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Tangerang Wawan Fauzi mengatakan terobosan Pj Wali Kota Nurdin yang mendistribusikan banyak bentor pengangkut sampah ke kelurahan ada terobosan luar biasa.
“Penyerahan bentor ke kelurahan itu, sekaligus mendelegasikan kewenangan penanganan sampah ke kecamatan dan kelurahan. Ini inovasi tata kelola pemerintahan yang efektif dalam mengontrol dan penata persampahan. Kecamatan dan kelurahan sebagai perwakilan pemerintah yang paham betul masalah-masalah di masyarakat,” ujarnya.
Kata Wawan, hal itu akan membuat koordinasi Dinas LH dengan kecamatan dan kelurahan lebih efektif. “Satu tahun lebih masa transisi dipimpin Pak Nurdin, khususnya bidang penataan sampah berhasil membuat inovasi penangan sampah,” lanjutnya. Penyerahan bentor ini merupakan bagian dari program peningkatan layanan kebersihan yang dirancang untuk menjawab tantangan dalam pengangkutan sampah di area permukiman padat penduduk.
“Penyerahan bentor dan operatornya ini bertujuan sebagai upaya Pemkot Tangerang dalam mengelola sampah, mendelegasikan kecamatan dan kelurahan untuk mengedukasi warga dalam mengelola sampah yang baik,” ujarnya. (adv)