Desy menambahkan, para siswa juga bisa menggambarkan kaligrafi sesuai dengan keinginan mereka dan hasil kemampuan mereka, tidak perlu sama dengan yang ada di contoh. Ini karena pihaknya ingin siswa bisa terampil dalam kegiatan pendidikan.
”Contoh yang ada bukan untuk ditiru tetapi untuk dilakukan kreativitas siswa, sejauh mana membuat sesuai dengan imajinasi mereka. Karena, kita ingin mereka tetap mempunyai imajinasi yang kuat,”paparnya.
Ia menjelaskan, tidak hanya membuat kaligrafi saja, kegiatan lain seperti mengaji dan kegiatan agama lain dijalankan sebagai salah satu pendidikan keagamaan selama bulan Ramadan. Bahkan, para siswa sangat antusias selama mengikuti kegiatan pesantren kilat.
”Pesantren kilat ini sudah berjalan, siswa sangat antusias dan mereka tidak ada yang lemas walaupun mereka berpuasa. Artinya, tidak ada alesan apapun bagi siswa untuk bermalasan dalam menjalankan ibadah puasa,”tutupnya.(ran)