Hambatan dalam pengelolaan TBM itu sama, yakni tidak ada anggaran, SDM yang kompeten untuk kelola TBM, inovasi program seperti apa karena minat baca ditengah masyarakat masih memprihatinkan.
“Kalau ada TBM baru buka maka kita bantu atau menyumbang buku-buku. Kalau mau buka TBM tidak harusnya namanya TBM tapi, bisa ruang baca, rumah baca dan lainnya,” ungkapnya.
Wanita berkerudung tersebut menututkan, pihaknya sudah 2 tahun dibantu oleh Perpustakaan Nasional. Perputakaan Nasional memiliki program 1.000 buku untuk 1 taman bacaan.
“Tahun lalu ada 40 lebih TMB yang dpaat bantuan buku. Ada proses pengajuan dan verifikasi oleh Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Tangsel. Tahun ini akan ada 28 TBM yang dapat bantuan buku. Bukunya macam-macam, ada buku tentang anak-anal dan sebagainya,” ungkapnya.
Herlina mengaku, TBM memiliki peran penting dalam meningkatkan minat baca ditengah masyarakat. Salah satu tujuan adanya TBM adalah untuk meningkatkan budaya literasi di tengah gempuran sosial media dan gadget.