Kasus DBD Meningkat, Warga Diminta PSN dan 3M

Kasus DBD
MEMBLUDAK: IGD RSUD Adjidarmo Rangkasbitung penuh akibat membludaknya pasien rujukan, Rabu (28/2/2024). (CREDIT: AHMAD FADILAH/BANTEN EKSPRES)

SERANG — Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Serang mencatat pada awal 2024 sampai pertengahan Februari ini sudah ada 98 kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Serang. Jumlah itu terbilang lebih tinggi dibandingkan awal tahun sebelumnya yang hanya 30 kasus DBD.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Kabupaten Serang, dr. Istianah Hariyanti mengatakan, ada peningkatan kasus dalam dua bulan terakhir ini. Pada Januari total ada 61 kasus dan Februari 37 kasus dengan total keseluruhan mencapai 98 kasus DBD.

Bacaan Lainnya

Hal itu terjadi karena saat ini musim hujan dan panas bergantian setiap hari, tempat perindukan nyamuk jauh lebih banyak.

“Kalau hujan terus menerus, justru malah tidak ada perindukan nyamuk, tapi sekarang ini kadang hujan kadang panas, nah itu jadi tempat perindukan nyamuk. Sehingga, ini menjadi penyebab kasus DBD tahun ini lebih banyak dibandingkan tahun lalu yang pada Januari hanya 30 kasus,” katanya melalui telepon seluler, Rabu (28/2/2024).

Istianah mengatakan, wilayah dengan kasus DBD tertinggi ada di Kecamatan Ciomas. Pada Januari ada tujuh kasus dan Februari empat kasus.

Kemudian, di Kecamatan Petir pada Januari lima kasus dan Februari satu kasus. Kecamatan Gunung Sari pada Januari tiga kasus dan Februari empat kasus.

Selanjutnya, Kecamatan Cikande pada Januari lima kasus dan Februari empat kasus. Kecamatan Kragilan pada Januari empat kasus dan Februari satu kasus. Kecamatan Tanara pada Januari lima kasus dan Februari dua kasus.

“Di Kecamatan Ciomas, kita lakukan fogging karena ketika diperiksa jentik nyamuk dan yang sakit sangat banyak sisanya. Meskipun, fogging hanya mematikan nyamuk dewasa, dan tidak berlaku pada jentik, telur nyamuk serta larva, maka kurang efektif tapi lumayan mematikan populasi nyamuk dewasa,” ujarnya.

Dikatakan Istianah, pihaknya sudah mengirimkan petugas kesehatan ke Kecamatan Ciomas untuk melakukan sosialisasi kepada masyarakat supaya dapat melakukan pencegahan dengan PSN dan 3M plus.

Meski banyaknya kasus ditemukan, kata Istianah, sampai saat ini tidak ada kasus kematian akibat DBD, kebanyakan hanya di rawat di rumah sakit apabila sudah kondisi trombosit di bawah 100 ribu.

“Karena, berisiko terjadi pendarahan di banyak organ. Selain itu, biasanya ada masa kritis tujuh hari yang sudah trombosit di bawah 100 ribu itu di rawatnya di rumah sakit,” ucapnya.

Istianah mengimbau agar warga dapat terhindar dari DBD, harus bertanggungjawab, terhadap kebersihan lingkungan dan rumah masing masing melalui Gerakan Satu Rumah Satu Jumantik (Gesit).

Menurut Istianah, DBD dapat menular namun hanya melalui gigitan nyamuk dan tidak menular secara langsung dari orang ke orang. Apabila tidak ada vektor nyamuk maka tidak akan menular. Sehingga yang harus diberantas yaitu nyamuk dan sarangnya.

Warga harus menerapkan PSN dan 3M plus yaitu, menguras bak mandi sampai seminggu sekali karena masa metamorfosis nyamuk itu sepuluh hari.

Kemudian, membersihkan lingkungan sekitar jangan sampai ada botol bekas maupun kaleng bekas yang dikhawatirkan menjadi sarang nyamuk, dan menutup tempat penyimpanan air supaya tidak menjadi sarang nyamuk.

“Nyamuk itu sekali bertelur bisa sampai 200 butir, maka harus dibersihkan jangan sampai ada ruang untuk nyamuk bisa bertelur. Sehingga, masyarakat harus menerapkan PSN dan 3M, agar dapat terhindar dari DBD,” tuturnya.

Pengelola Program Penyakit Bersumber Binatang (P2BB) Dinkes Kabupaten Serang Pipih Saripah mengatakan, pihaknya telah melakukan penanganan kasus DBD, seperti melaksanakan PSN dan perilaku 3M Plus yakni menguras, mengubur, menutup tempat yang potensial sebagai tempat nyamuk berkembangbiak.

Tidak hanya itu, pihaknya juga mengajak warga untuk ikut terlibat melakukan penyelidikan epidemiologi tentang DBD, serta dalam penanggulangan DBD memberantas jentik nyamuk yang berpotensi menyebabkan DBD.

“Untuk fogging tetap kita lakukan, namun yang paling utama itu pemberantasan sarang nyamuk dengan menghilangkan jentik nyamuknya dan pemberian abatesasi. Kita juga ada Kader Jumantik di semua desa pada satu rumah satu kader, mereka terjun ke lapangan untuk menangani DBD,” ujarnya.

Di Kabupaten Lebak, kasus DBD terus mengalami peningkatan. Dalam 2 bulan terakhir Dinas Kesehatan (Dinkes) Lebak mencatat sudah 773 warga sudah terjangkit dan ditangani di sejumlah layanan kesehatan yakni puskesmas dan rumah sakit.

Budhi Mulyanto, Plt Kepala Dinkes Lebak mengatakan, sebelumnya kasus DBD tercatat mencapai 610 kasus dengan empat diantaranya meninggal dunia. Kasus paling banyak ditemukan di Kecamatan Rangkasbitung, Cibadak, dan Maja.

“Kasus DBD dari bulan Januari sampai bulan Februari ini ada 773 kasus yang tersebar di seluruh kecamatan di Lebak. Kasus ini juga  menyebabkan empat pasien meninggal dunia,” kata Budhi kepada BANTENEKSPRES.CO.ID di Rangkasbitung, Rabu (28/2/2024).

Budhi  mengklaim tingginya kasus DBD di awal tahun ini karena masifnya petugas kesehatan menemukan pasien terjangkit DBD. Sehingga penanganan kasus bisa cepat dilakukan.

“Memang terjadi peningkatan sehubungan dengan puskesmas bertindak cepat. Jika menemukan kasus di suatu wilayah petugas akan turun ke lapangan untuk mencari yang lain. Sehingga pasien bisa ditangani,” tuturnya.

Budhi  menjelaskan, cuaca dan kebersihan lingkungan menjadi salah satu faktor tingginya kasus DBD di Lebak. Ia pun meminta warga untuk rutin membersihkan lingkungan, baik di dalam rumah, maupun di luar rumah.

“Salah satu faktornya karena musim hujan, banyak genangan air yang menjadi tempat berkembang biak nyamuk. Kebersihan lingkungan di luar atau dalam rumah harus dijaga,” paparnya.

Sub Koordinator P3M Dinkes Lebak, Rohmat Puji Raharjo membenarkan, jika kasus DBD di Lebak meningkat dikarenakan semua pegawai Puskesmas secara masif diperintahkan untuk cepat tanggap jika ada pasien yang terindikasi terpapar DBD.

Karena, kata dia, penyakit DBD biasanya  menyerang masyarakat pada saat musim peralihan dari musim hujan ke musim kemarau, ataupun sebaliknya.

“Semua petugas medis dari dinas kesehatan di kecamatan diberikan  tugas untuk mendeteksi sejak dini penyakit DBD di masyarakat. Khawatir di peralihan cuaca ini DBD tidak terdeteksi,” paparnya.

Reporter: Agung Gumelar/Ahmad Fadilah

Cek artikel bantenekspres.co.id yang Anda minati di: Google News

Pos terkait