Kemudian menurutnya, sekarang sampah yang diterimanya, sampah basah 20 persen sampah kering 80 persen. Sedangkan kalau sampah dari bandara, sampah basah 90 persen dan sampah kering hanya 10 persen.
Meskipun demikian, ia mengakui masih menumpuk sampah residu yang tidak bisa terjual sampai bermuatan satu truk. Sebab kalau sisa residu sampah langsung dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Jatiwaringin setiap hari, itu terkendala biaya.
“Dari satu truk ini, yang kebuang (sampah residu) setengah bak mobil carry. Kalau baru segini kita bayar gope (500 ribu rupiah) buang ke sana (TPA Jatiwaringin) atuh abis (untung usahanya),” imbuhnya. (zky)