Ketika berhadapan dengan peserta aksi unjuk rasa, lanjut dia, para pengunjuk rasa cenderung lebih menerima Polwan sebagai kakak atau ibu mereka.
“Mereka lebih mudah menerima tawaran seperti minum, permen jika datang dari Polwan. Sebaliknya, jika yang menawarkan adalah polisi pria, mereka mungkin akan curiga dan khawatir akan upaya pengaruh terhadap pengunjuk rasa,” tambahnya.
Terkait dengan pendidikan para anggota tim negosiator Polwan, awalnya Polri telah melaksanakan pelatihan khusus dalam bidang negosiasi. Saat ini, setiap polisi, termasuk Polwan, telah menerima pelatihan dalam bidang negosiasi selama pendidikan mereka.
Ketika mereka ditugaskan menjadi anggota tim negosiator, mereka juga mendapatkan pelatihan tambahan langsung dari senior yang memiliki pengalaman dalam bidang ini.